4Ps : PROMOTION



Kembali lagi bersama kami di marketing manjha!
Oke, kali ini kita akan membahas salah satu 4Ps, yaitu PROMOTION.


First of all, kegiatan menjual dan membeli semakin lama semakin mudah, banyak masyarakat yang membuka lapak secara mudah, dahulu masyarakat jika ingin membeli barang harus pergi ke toko, dan semakin hari masyrakat mencipatakn sebuah inovasi dimana kegiatan menjual dan membeli menjadi lebih efisien, itu dinamakan Distribution Channels. Apa itu Distribution Channels? Distribution Channels adalah sebuah cara dimana barang atau produk yang akan dibeli diantarkan langsung pada konsumen.

Untuk mendukung adanya Distribution Channels, maka diperlukannya Market Intermediaries, mengapa Market Intermediaries diperlukan? Di zaman di mana mudah bagi perusahaan mana pun untuk membuka toko dengan situs web e-niaga, mungkin tergoda untuk bisnis kecil untuk menghilangkan perantara guna memaksimalkan laba. Untuk bisnis skala, bagaimanapun, ini dapat menciptakan banyak pekerjaan dalam logistik dan dukungan pelanggan.

Misalnya, jika 1.000 pelanggan membeli produk langsung dari produsen dalam satu bulan, ini akan memerlukan 1.000 pengiriman terpisah ke 1.000 lokasi, dan dengan minimal 1.000 interaksi pelanggan. Jika Anda menambahkan pertanyaan pelanggan tentang produk, pengembalian dan dukungan purna jual - dan semua pelanggan yang memulai pembelian tanpa menindaklanjuti - Anda akan memiliki beberapa ribu interaksi dengan pelanggan untuk setiap 1.000 penjualan. Menjual melalui tiga atau empat perantara dengan jadwal pengiriman mingguan, pabrikan hanya akan memiliki selusin pengiriman untuk dijadwal setiap bulan dengan sebagian kecil dari interaksi.

Sebagai contoh perantara yang dimaksud diatas adalah :
1. Agen dan Makelar
Agen dan makelar hampir sama dalam peran mereka sebagai perantara. Bahkan, ketika datang ke transaksi real estate, mereka identik dengan klien mana pun, terlepas dari perbedaan peran mereka dalam industri. Namun, dalam banyak kasus, agen berfungsi sebagai perantara secara permanen antara pembeli dan penjual, sementara makelar melakukan ini hanya untuk sementara. Keduanya dibayar dalam komisi untuk setiap penjualan dan tidak mengambil kepemilikan barang yang dijual.

Selain real estate, agen dan makelar juga umum di biro perjalanan. Perusahaan secara rutin menggunakan agen dan broker ketika mengimpor atau mengekspor produk melintasi perbatasan.

2. Pedagang grosir
Pedagang grosir, yang juga hanya disebut pedagang besar, membeli produk dari produsen secara massal dan kemudian menjualnya kembali, biasanya ke pengecer atau bisnis lainnya. Beberapa membawa berbagai macam produk yang berbeda, sementara yang lain mengkhususkan dalam beberapa produk tetapi membawa bermacam-macam besar. Mereka dapat mengoperasikan gerai dan gerai tunai, gudang, bisnis pesanan surat atau penjualan online, atau mereka hanya menyimpan persediaan mereka dalam truk, dan melakukan perjalanan ke pelanggan mereka.

3. Distributor
Juga disebut grosir fungsional, distributor tidak membeli produk dari produsen. Sebaliknya, mereka mempercepat penjualan antara produsen dan pengecer atau bisnis lain. Seperti agen dan broker, mereka dapat dibayar dengan komisi, atau mereka dapat dibayar dalam biaya dari produsen.

4. Pengecer
Setiap kali seorang konsumen membeli produk dari orang lain selain perusahaan yang membuatnya, konsumen berurusan dengan pengecer. Ini termasuk toko sudut, pusat perbelanjaan, dan situs web e-niaga. Pengecer dapat membeli langsung dari produsen atau dari perantara lain. Di beberapa pasar, mereka dapat menyimpan barang-barang dan membayarnya hanya setelah mereka melakukan penjualan, yang umum untuk sebagian besar toko buku hari ini.

Situs web e-niaga apa pun yang tidak dimiliki oleh perusahaan yang membuat produk, yang kemudian dijual kepada konsumen, juga dapat disebut pengecer. Namun - dengan perusahaan seperti Amazon, yang membuat produk mereka sendiri dan menjualnya langsung kepada pelanggan selain produk yang dibuat oleh perusahaan lain - garis antara produsen dan pengecer menjadi semakin buram.

Lalu, dalam bidang Hospitality, juga terdapat beberapa perantara, yaitu :

1. Travel Agents : Biro perjalanan wisata sebagai perantara. Dalam kegiatannya ia bertindak atas nama perusahaan lain dan menjual jasa-jasa perusahaan yang diwakilinya. Karena itu ia bertindak di antara wisatawan dan industri wisata.
Biro perjalanan wisata sebagai badan usaha yang merencanakan dan menyelenggarakan tour dengan tanggung jawab dan resikonya sendiri.

2. Tour Wholesaler : Sering juga disebut tour operator, fungsinya sebagai penjual partai besar, menjual produk dari supplier kepada travel agent.

3.  Concierge : Concierge atau Uniformed Service merupakan suatu bagian yang berdiri sendiri sebagai sebuah departemen tersendiri. Di hotel sedang atau hotel menengah organisasi bagian ini merupakan salah satu seksi dari Departemen Kantor Depan. Sedangkan di hotel kecil organisasi bagian porter atau concierge biasanya merupakan sub seksi dari seksi Penerima Tamu (Reception)

4. Internet : pemanfaaan teknologi internet yang semakin meluas dan sudah menjadi media informasi dan komunikasi. Apabila kita ingin memajukan potensi industri pariwisata, sudah saatnya komponen sumber daya manusia yang terlibat didalamnya harus dikembangkan agar siap menjadi bagian dari industri pariwisata global.

Conflict Channel

Horizontal: Salah satu jenis konflik yang paling umum terjadi adalah yang horizontal. Conflict Channel Horizontal adalah konflik antara dua pemain pada tingkat yang sama di saluran distribusi. Jadi konflik antara 2 distributor atau konflik antara 2 pengecer dikenal sebagai konflik saluran horizontal.

Vertical: Jenis konflik lain yang terlihat dalam channel manajemen adalah Conflict Channel Vertikal. Di mana conflict Channel horizontal ada di antara pemain dalam tingkat yang sama dari channel distribusi, Conflict Channel Vertikal terjadi pada tingkat yang berbeda dari saluran distribusi. Tipikal konflik mungkin antara pengecer dan distributor, atau mungkin antara distributor / C & F dan perusahaan.

Sistem Pemasaran Vertikal (Vertical Marketing System – VMS) terdiri dari produsen, pedagang besar, dan pengecer yang bertindak sebagai satu sistem yang menyatu. 
Ada tiga jenis VMS : korporasi, teradministrasi, dan kontraktual.

1. VMS korporasi (corporate VMS) menggabungkan serangkaian tahap produksi dan distribusi di bawah kepemilikan tunggal.

2. VMS teradministrasi (administered VMS) mengkoordinasi serangkaian tahap produksi dan distribusi tidak melalui kepemilikan biasa tetapi melalui ukuran dan kekuatan salah satu anggota.

3. VMS kontraktual (contractual VMS) terdiri dari perusahaan-perusahaan indpenden pada berbagai level produksi dan distribusi yang menyatukan program mereka berdasarkan kontrak untuk memperoleh lebih banyak pengaruh ekonomi dan / atau penjualan daripada yang dapat mereka capai sendiri. VMS kontraktual meliputi : jaringan sukarela yang disponsori pedagang besar, koperasi pengecer, dan organisasi waralaba.

Franchising
Menurut Hukum Pemerintah Indonesia: waralaba adalah perikatan yang salah satu pihaknya diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.

Keuntungan Franchising (Advatages Franchising)
1. Manajemen bisnis telah terbangun

Bisnis waralaba memberikan keuntungan untuk berbisnis di bawah bendera bisnis lain yang sudah memiliki reputasi yang bagus. Ide, penamaan dan manajemen suatu bisnis telah di uji coba sebelumnya dan siap untuk di implementasikan pada lokasi yang baru.

2. Sudah dikenal masyarakat

Pemasaran bisnis waralaba cenderung lebih mudah, karena bisnis sebelumnya lebih terdahulu di kenal masyarakat. Dengan kata lain, biaya dan tenaga yang diperlukan untuk membangun reputasi bisnis tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan dengan membangun bisnis baru.

3. Manajemen finansial yang lebih mudah

Investor cenderung lebih suka untuk memberikan modal pada bisnis yang telah kokoh dari segi finansial dan jaringan pemasaran. Dengan menggunakan bisnis waralaba, sistem manajeman finansial telah di tetapkan oleh pemilik waralaba utama, sehingga kita tidak perlu dipusingkan lagi dengan manajemen finansial seperti membangun bisnis baru.

4. Kerjasama bisnis telah terbangun

Orang yang membeli waralaba bisa mendapatkan keuntungan kerjasama yang telah terbangun sebelumnya oleh pemilik waralaba. Contohnya kerjasama dengan pemasok bahan baku, pihak periklanan dan juga pemasaran.

5. Dukungan dan keamanan yang lebih kuat

Pemilik waralaba biasanya akan memberikan pelatihan seperti manajemen finansial, pemasaran, periklanan dan lain lain. Hal – hal seperti ini biasanya sudah termasuk dalam paket pembelian waralaba.

6. Bisa mendapat untung lebih besar

Banyak orang berpikir bahwa keuntungan dari bisnis waralaba adalah mendapatkan keuntungan lebih besar karena brand telah dikenal banyak orang. Tapi pada kenyataannya, hal ini tidak selalu terjadi. Biaya yang dikeluarkan oleh pembeli waralaba kepada pihak pemilik waralaba tentunya dipotong dari keuntungan yang didapat. Pembeli waralaba akan mendapatkan banyak kemudahan di saat-saat awal usaha, tapi untuk jangka panjang, para pemilik waralaba kadang menemukan bahwa memulai bisnis sendiri mungkin akan jauh lebih menguntungkan.

Kekurangan Franchising (Disadvantages Franchising)

1. Kurang kendali

Salah satu kekurangan dari bisnis Franchise (Waralaba) adalah kurangnya kendali dari pembeli waralaba terhadap bisnisnya sendiri, karena semua sistem telah ditentukan oleh pemilik waralaba. Sehingga ruang gerak pembeli waralaba sangat terbatas. Ide-ide untuk berkreatifitas pun terkadang tidak bisa diaplikasikan, karena adanya perjanjian-perjanjian khusus.

2. Sangat terikat dengan supplier

Untuk mendapatkan keuntungan yang mencukupi, tentunya setiap pengusaha menginginkan modal yang kecil. Salah satu caranya adalah mencari supplier yang murah. Dengan menggunakan sistem franchise, pihak pemasok barang pun telah ditentukan. Sehingga kita tidak bisa memilih lagi supplier yang lebih murah.

3. Ketergantungan pada reputasi waralaba lain

Salah satu kekurangan terbesar dari Franchising adalah tergantungnya reputasi waralaba terhadap waralaba yang lain. Jika waralaba yang lain melakukan kesalahan yang mengakibatkan rusaknya reputasi, maka hal ini juga akan mempengaruhi waralaba yang anda kelola.

4. Biaya Franchising

Pihak pemilik Franchise akan mengajukan biaya awal untuk membeli perjanjian waralaba. Kemudian biaya lanjutan untuk pelatihan dan dukungan bagi para pembeli waralaba.

5. Pemotongan keuntungan

Pembeli Franchise di haruskan untuk membayar royalti dari sejumlah keuntungan yang didapatkan. Jika keuntungan yang didapatkan sedikit, berarti keuntungan tersebut akan dipotong untuk menutupi biaya ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

4Ps : Product (Product Life Cycle)

3P of Marketing Mix

PROMOTIONAL METHODS