4Ps : Product (Product Life Cycle)
Sebelum mempelajari tentang 4P's, penting untuk kita mempelajari tentang apa itu Marketing Mix. Marketing Mix merupakan salah satu strategi pemasaran yang menggabungkan elemen - elemen di dalam marketing mix itu sendiri yang kita jalankan secara terapadu. Sama halnya dengan beberapa teknik - teknik atau strategi marketing yang lain (namun ada juga strategi yang bisa berjalan tanpa elemen lain.
Tentunya dalam hal ini Marketing Mix memiliki beberapa elemen, yang biasa dikenal sebagai dengan 4P, namun seiring perkembangan zaman kali ini unsur tersebut bertambah menjadi 3 dan sekarang menjadi 7P. 7Ps diantaranya ada Product, Place, Promotion, Price, People, Physical, Evidence, and Process. Di Blog kami saat ini akan dijelaskan tentang salah satu dari 7Ps tersebut, yaitu: PRODUCT.
Product dalam 7Ps sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu Tangible, dan Intangible. Tetapi arti dari Tangible dan Intangible disini bukan berarti terlihat dan tidak terlihat. Maksud dari Tangible adalah menuju pada bentuk dari product (barangnya), dan kalau Intangible adalah Experience yang diberikan (Service). Secara teori, produk merupakan segala bentuk yang ditawarkan ke pasar untuk digunakan atau dikonsumsi sehingga bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar. Keinginan pasar tersebut bisa berupa fisik, jasa, orang, organisasi dan ide. Produk adalah hasil dari kegiatan produksi perusahaan Anda yang nantinya akan di jual oleh perusahaan Anda juga. Atau Produk bisa jadi berupa barang yang dibeli oleh perusahaan Anda untuk kemudian dijual kembali kepada konsumen atau customer Anda.
Selain itu, Product dalam Hospitality juga sifatnya dibagi menjadi dua yaitu Tangible yang menuju pada product yang ditawarkan seperti akomodasi, transportasi, makanan, atraksi dan rekreasi, dan Intangible yang menuju pada sejarah, budaya, dan kekayaan dalam suatu product yang akan ditawarkan.
Dalam Product, terdapat sebuah Product Mix, Product Mix adalah Seluruh barang yang ditawarkan untuk dijual oleh sebuah perusahaan. Product Mix dibagi menjadi 4 tingkatan, secara urut tingkatan tersebut mulai dari Core Product, Facilitating Product, Supportting Product, dan Augmented Product.
1. Core Product
Core Product merupakan sebuah tingkatan yang berada pada inti sebuah product. Selain itu, Core Product merupakan bagian dari product yang memenuhi basic needs atau manfaat dasar dari suatu produk yag ditawarkan kepada konsumen. Seperti contoh seorang pelanggan ingin pergi ke hotel karena membutuhkan tempat tidur untuk sementara, lalu pergi ke restoran karena membutuhkan makanan. Ciri dari Core Product adalah Sangat mudah ditiru oleh competitor. Sehingga sangat jarang competitor bersaing pada bagian ini.
2. Facilitating Product
Facilitating Product merupakan tingkatan kedua yang berada pada Product Mix. Facilitating Product merupakan bagian pendukung dari Core Product, Facilitating Product bersifat nyata, dan wajib ada. Seperti contoh : sebuah Hotel memiliki kamar, yang berisikan ranjang, sehingga Facilitating Product - nya merupakan kualitas dari ranjang tersebut.
3. Supporting Product
Supporting Product merupakan tingkatan ketiga dari Product Mix. Supporting Product hampir sama dengan dengan facilitating product. Supporting Product mendukung sebuah produk inti dan tidak wajib ada, karena ini merupakan benefit tambahan. Seperti contoh : Dalam beberapa kamar mandi hotel dilengkapi dengan amenities (sampo, sabun, dan alat-alat mandi lainnya). Dalam beberapa hotel dilengkapi dengan fasilitas Spa, Business Center, Technologi Support, Online Booking.
4. Augmented Product
Augmented Product merupakan tingkatan keempat dari Product Mix. Augmented Product yaitu sesuatu yang membedakan antara produk yang ditawarkan oleh badan usaha dengan produk yang ditawarkan oleh pesaing. Level keempat ini merupakan tempat dimana competitor bersaing, karena level ini yang akan menentukan pelanggan puas dan pelanggan tidak akan berekspektasi jika diberikan service yang memukau, sehingga akan competitor akan mendapatkan untung. Seperti contoh : Keramahan sebuah service Hotel, Rolex (kualitas dan merk yang bergengsi), Bagaimana cara hotel menghandle complain dari pelanggan.
PRODUCT LIFE CYCLE
Product Life Cycle dalah siklus suatu produk/ organisasi dengan tahapan-tahapan proses perjalanan hidupnya mulai dari peluncuran awal (soft launching), peluncuran resmi (grand launching), perubahan dari target awal, lalu mulai berjuang dan berkompetisi dengan produk-produk yang sejenis, hingga melewati persaingan dan kompetisi produk memiliki tingkat penerimaan/ penjualan/ distribusi yang luas dan tersebar.
Product Life Cycle (Siklus Hidup Produk) memiliki beberapa tahapan. Pada umumnya Tahap-tahap Siklus Hidup Produk suatu produk ada 4, yaitu
Tahap Perkenalan — Introduction
Tahap Pertumbuhan — Growth
Tahap Kedewasaan — Maturity
Tahap Penurunan — Decline
Itu adalah tahap-tahap Siklus Hidup Produk. Sekarang kami akan membahas Siklus Hidup Produk suatu produk. Dan Produk yang kami akan bahas tentang Siklus Hidupnya adalah salah satu produk dari PT. Garuda Indonesia. Garuda adalah maskapai penerbangan Indonesia yang berkonsep sebagai full service airline. Saat ini Garuda mengoperasikan 82 armada untuk melayani 33 rute domestik dan 18 rute internasional termasuk Asia.
1. Tahap Perkenalan (Introduction)
Menurut tahap siklus hidup produk, yaitu tahap pertama adalah tahap perkenalan. Tahap pertama yang di lakukan Garuda Indonesia yaitu melakukan penerbangan komersial perdana menggunakan pesawat DC-3 Dakota dengan registrasi RI 001 dari Calcutta ke Rangoon dan diberi nama “Indonesian Airways” dilakukan pada 26 Januari 1949. Pada tahun yang sama, 28 Desember 1949, pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota dengan registrasi PK-DPD dan sudah dicat dengan logo “Garuda Indonesian Airways”, terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Inilah penerbangan yang pertama kali dengan nama Garuda Indonesian Airways. Nama “Garuda” diberikan oleh Presiden Soekarno dimana nama tersebut diambil dari sajak Belanda yang ditulis oleh penyair terkenal pada masa itu, Noto Soeroto; "Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen", yang artinya, “Saya Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan Anda”.
2. Tahap pertumbuhan (Growth)
Pada tahun 1960-1970 merupakan dekade pembangunan sekaligus kemajuan untuk Garuda. Pada tahun 1961, Garuda mendatangkan pesawat turboprop Lockheed L-188C Electra, ketiga pesawat baru itu masuk dinas aktif pada bulan Januari 1961 dan diberi nama "Pulau Bali", "Candi Borobudur" dan "Danau Toba", yang merupakan nama tujuan wisata Indonesia yang paling dikenal di luar negeri, tahun 1963, Garuda membuka rute penerbangan menuju Tokyo dengan pesawat L-188 dengan perhentian di Hongkong, rute ini kemudian dikenal dengan nama "Emerald Route". Garuda memasuki era jet pada tahun 1964 dengan datangnya tiga pesawat baru Convair 990Ayang diberi nama "Majapahit", "Pajajaran" dan "Sriwijaya", yang merupakan nama kerajaan kuno di Indonesia dan menjadikan Garuda Indonesia maskapai pertama di Asia Tenggara yang mengoperasikan pesawat jet subsonik. Saat itu, jet bermesin empat Convair 990 merupakan pesawat berteknologi canggih dan memiliki kecepatan tertinggi dibandingkan pesawat-pesawat lain yang sejenis, seperti Boeing 707 dan Douglas DC-8. Dengan pesawat ini pula Garuda membuka penerbangan antarbenua dari Jakarta ke Amsterdam melewati dengan rute Jakarta - Bangkok - Mumbai - Karachi - Kairo - Roma - Frankfurt - Amsterdam Pada tahun 1966, Garuda kembali memperkuat armada jetnya dengan mendatangkan sebuah pesawat jet baru, yaitu Douglas DC-8. Sementara, pada akhir tahun 1960-an, Garuda membeli sejumlah pesawat turboprop baru seperti, Fokker F27. Pesawat ini datang secara bertahap mulai tahun 1969 hingga 1970 dari hasil penjualan beberapa pesawat berbadan lebar untuk memenuhi pasar domestik yang terus berkembang. Pada 1970, rute menuju Kairo diganti menuju Athena
3. Tahap kedewasaan (Maturity)
Pada tahap ini adalah tahap tertinggi dari sebuah perusahaan yang memasarkan produknya. Dalam bahasa informalnya adalah tahap sukses.pada dekade 1970-1980-an. Wiweko Soepono Dirut Garuda Indonesia, melakukan program revitalisasi perusahaan yang mencakup perbaikan layanan, mengganti sistem manajemen, anti-KKN, memperbarui dan menambah armada serta menambah rute Domestik dan Internasional. Memiliki inisiatif dan inovasi yang menarik di Garuda Indonesia, Wiweko yang menjabat menjadi Dirut selama 16 tahun berhasil membawa GIA menjadi maskapai terbesar ke 2 se Asia setelah Japan Airlines serta menjadi maskapai terbesar dan berpengaruh di belahan bumi bagian selatan.
Kemudian pada tahun 1985, pimpinan GIA digantikan oleh R.A.J Lumenta. Kemudian, Ia melakukan re-branding terhadap maskapai dengan mengubah nama dari Garuda Indonesian Airways menjadi Garuda Indonesia dan memindahkan pangkalan utama yang sebelumnya berada di Bandara Kemayoran dan Bandar Udara Halim Perdanakusuma dipindahkan ke Soekarno Hatta dan melakukan perbaikan sistem manajemen dan penambahan rute. Pada tahun 1985, Garuda Indonesia berhasil merintis penerbangan menuju Amerika Serikat dengan Douglas DC-10-30 bersama maskapai Continental Airlines dengan destinasi Los Angeles dan berhenti di Denpasar-Biak-Hawaii dengan menggunakan logo spesial gabungan dari Continental Airlines dan Garuda Indonesia.
4. Tahap penurunan (Decline)
Tahap penurunan, tahap ini adalah tahap kebangkrutan dalam bahasa informalnya atau tahap penurunan pemasaran atas sebuah produk. Walaupun kinerja operasi selama 2016 naik, laba Garuda Indonesia mengalami penurunan. Jumlah ini menurun cukup jauh yaitu 88 persen jika dibandingkan laba bersih yang didapat maskapai ini tahun 2015 lalu yaitu 78 juta dolar AS. Penurunan keuntungan ini disebabkan biaya yang membengkak, terutama untuk biaya rental dan carter pesawat serta asuransinya.
Komentar
Posting Komentar